Pemanfaatan Cangkang Sacha Inchi sebagai Bahan Scrub Alami untuk Kosmetik
Cangkang kacang Sacha Inchi (Plukenetia volubilis) merupakan bahan alami yang berpotensi dimanfaatkan sebagai agen scrub (eksfoliator) dalam formulasi kosmetik. Artikel ini membahas komposisi kimia dan karakteristik fisik cangkang Sacha Inchi, manfaat penggunaannya sebagai scrub alami, serta keunggulannya dibanding bahan eksfoliator sintetis. Dengan dukungan data ilmiah dan contoh aplikasi komersial, dokumen ini menguraikan potensi pemanfaatan cangkang Sacha Inchi dalam produk seperti facial scrub, body scrub, sabun eksfoliasi, dan masker wajah. Selain itu, disajikan pula rekomendasi persentase penggunaan cangkang Sacha Inchi dalam berbagai formulasi kosmetik (misalnya 1–5% untuk scrub wajah, 3–10% untuk scrub tubuh) berdasarkan praktik industri dan literatur. Tujuannya adalah mendorong pemanfaatan limbah cangkang Sacha Inchi secara bernilai tambah dan berkelanjutan dalam industri kosmetik.
Prof. Dr. apt. Sriwidodo, M.Si.
8/6/20257 min read


Industri kosmetik modern terus mencari bahan eksfoliator alami sebagai pengganti mikroplastik (microbeads) yang telah dilarang penggunaannya karena masalah lingkungan. Salah satu bahan alam yang menarik perhatian adalah cangkang kacang Sacha Inchi, yaitu kulit keras yang melindungi biji Sacha Inchi (dikenal juga sebagai “Inca peanut”). Tanaman Sacha Inchi (Plukenetia volubilis) berasal dari hutan Amazon dan kini dibudidayakan di berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk diambil minyak bijinya yang kaya omega-3 dan antioksidan. Proses ekstraksi minyak menghasilkan limbah samping berupa cangkang biji. Pemanfaatan cangkang Sacha Inchi sebagai bahan scrub alami merupakan upaya inovatif untuk meningkatkan nilai tambah limbah pertanian sekaligus menyediakan alternatif eksfoliator yang ramah lingkungan bagi produk kosmetik.
Profil Sacha Inchi dan Limbah Cangkangnya
Sacha Inchi adalah tanaman penghasil biji minyak dengan kadar lipid yang tinggi (sekitar 35–60% berat biji berupa minyak). Minyak Sacha Inchi diperkaya asam lemak omega-3 (asam alfa-linolenat) dan vitamin E, sehingga populer sebagai bahan kosmetik topikal untuk pelembap dan antioksidan. Setelah minyak diekstraksi atau biji diolah untuk konsumsi, cangkang biji Sacha Inchi tersisa sebagai limbah padat. Cangkang ini bertekstur keras dan berserat, menyerupai cangkang kacang lainnya (misalnya cangkang kenari atau almond). Upaya untuk memanfaatkan cangkang Sacha Inchi tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga sejalan dengan prinsip berkelanjutan (sustainability) dengan menjadikannya bahan berguna dalam produk konsumen.
Komposisi Kimia Cangkang Sacha Inchi
Secara kimiawi, cangkang Sacha Inchi tergolong material lignoselulosa dengan kandungan serat yang sangat tinggi. Analisis proksimat menunjukkan sebagian besar komponen cangkang adalah serat kasar (selulosa dan hemiselulosa) dan lignin, dengan kadar selulosa diperkirakan di atas 30% dan lignin sekitar 20–30% dari berat kering. Kandungan abu mineral juga ditemukan dalam jumlah kecil, sedangkan kadar protein dan lemak sisa relatif rendah. Studi awal melaporkan bahwa cangkang Sacha Inchi mengandung senyawa polifenol (misalnya flavonoid dan tanin) yang berkontribusi pada aktivitas antioksidan. Kehadiran antioksidan alami ini menjadi nilai tambah, karena berpotensi memberikan efek perlindungan kulit terhadap radikal bebas ketika cangkang digunakan dalam produk perawatan kulit.
Karakteristik Fisik sebagai Bahan Scrub
Secara fisik, partikel halus cangkang Sacha Inchi memiliki tekstur abrasif yang efektif untuk mengangkat sel kulit mati. Setelah melalui proses pengeringan dan penggilingan, cangkang dapat diubah menjadi bubuk dengan ukuran partikel terkontrol (umumnya ratusan mikrometer). Partikel cangkang bersifat keras namun relatif ringan, dan tepung cangkang ini tidak larut dalam air, sehingga cocok sebagai bahan eksfoliasi mekanik dalam sediaan kosmetik berbasis air maupun minyak. Warna bubuk cangkang Sacha Inchi biasanya cokelat muda hingga cokelat tua, yang dapat sedikit memengaruhi warna produk akhir. Dari segi kestabilan, butiran cangkang ini stabil pada berbagai pH formulasi dan tidak mudah terurai selama penyimpanan produk. Karakteristik tersebut serupa dengan bahan scrub alami lain seperti serbuk cangkang walnut (kenari) atau biji aprikot yang telah lama digunakan dalam kosmetik eksfoliasi.
Manfaat Eksfoliasi dengan Scrub Alami
Eksfoliasi kulit dengan partikel abrasif alami memiliki berbagai manfaat yang didukung penelitian dermatologi. Pengangkatan sel-sel kulit mati (stratum korneum) dari permukaan kulit membantu merangsang regenerasi sel kulit baru dan meningkatkan kelancaran tekstur kulit. Scrub fisik juga membantu membersihkan pori-pori tersumbat, mengurangi komedo, dan memungkinkan penyerapan produk perawatan kulit selanjutnya menjadi lebih efektif. Dibandingkan eksfoliator kimia (seperti asam AHA/BHA), scrub alami memberikan efek pijatan dan peningkatan sirkulasi mikro di kulit selama aplikasi. Penggunaan scrub berbahan cangkang Sacha Inchi menggabungkan manfaat-manfaat tersebut dengan keuntungan tambahan berupa kandungan antioksidan alami dari polifenol yang mungkin turut menutrisi kulit.
Keunggulan Cangkang Sacha Inchi sebagai Bahan Scrub
Jika dibandingkan dengan scrub sintetis (misalnya mikroplastik polietilena) maupun scrub alami lain, cangkang Sacha Inchi memiliki beberapa keunggulan. Pertama, bahan ini bersumber dari limbah pertanian yang terbarukan dan biodegradable, sehingga penggunaannya mendukung klaim produk ramah lingkungan. Kedua, partikel cangkang Sacha Inchi tidak menyebabkan polusi mikroplastik di laut setelah dibilas, berbeda dengan eksfoliator sintetis. Ketiga, kekerasan dan bentuk partikel cangkang dapat diatur melalui teknik penggilingan untuk menghasilkan scrub yang efektif namun tetap aman bagi kulit (tidak terlalu abrasif). Keempat, potensi kandungan antioksidan di dalam cangkang dapat menjadi nilai tambah fungsional yang tidak dimiliki scrub mineral inert (misalnya pasir silika). Selain itu, penggunaan cangkang Sacha Inchi merupakan bentuk ekonomi sirkular – bahan yang tadinya limbah diolah kembali menjadi produk bermanfaat, yang dapat meningkatkan citra “hijau” dan keberlanjutan bagi merek kosmetik.
Aplikasi dalam Produk Kosmetik
Pemanfaatan cangkang Sacha Inchi sebagai scrub dapat diaplikasikan pada berbagai produk perawatan kulit. Berikut adalah contoh aplikasi beserta pertimbangan formulasi:
Scrub Wajah (Facial Scrub)
Scrub wajah umumnya diformulasikan lebih lembut dibanding scrub tubuh, karena kulit wajah lebih tipis dan sensitif. Cangkang Sacha Inchi yang telah digiling halus dapat ditambahkan ke basis gel atau krim pembersih wajah sebagai agen eksfoliasi. Disarankan menggunakan partikel berukuran kecil (sekitar 100–300 mikrometer) dengan konsentrasi relatif rendah. Berdasarkan praktik industri, konsentrasi bubuk cangkang sekitar 1–5% dari total formula sudah efektif untuk scrub wajah. Pada level ini, scrub mampu mengangkat sel kulit mati secara lembut tanpa menyebabkan iritasi berlebih. Sebagai perbandingan, produk scrub wajah komersial sering menggunakan serbuk cangkang walnut atau biji aprikot di rentang konsentrasi tersebut untuk menghasilkan tekstur eksfoliasi ringan.
Scrub Tubuh (Body Scrub)
Pada produk scrub tubuh, tingkat eksfoliasi dapat lebih tinggi karena kulit tubuh (misalnya kulit lengan dan kaki) cenderung lebih tebal dan kurang sensitif dibanding wajah. Bubuk cangkang Sacha Inchi dapat dicampurkan ke dalam basis krim atau gel scrub tubuh, atau bahkan produk lulur tradisional. Ukuran partikel bisa sedikit lebih besar (misal 300–500 mikrometer) untuk efek pijatan yang lebih terasa. Konsentrasi penggunaan cangkang Sacha Inchi dalam body scrub dapat lebih tinggi, umumnya berkisar antara 5–10% dari berat formula. Beberapa formulasi lulur atau body scrub komersial bahkan menggunakan partikel eksfoliator alami hingga 10% atau lebih untuk mendapatkan tekstur kental dan kekasaran yang diinginkan. Pada kadar tersebut, scrub memberikan efek pengelupasan yang efektif untuk menghaluskan area kulit yang cenderung lebih kasar (seperti siku, lutut), namun tetap aman dan nyaman digunakan.
Sabun Eksfoliasi
Partikel cangkang Sacha Inchi juga dapat ditambahkan ke sabun batang atau sabun cair untuk memberikan efek eksfoliasi ringan saat pemakaian. Dalam sabun batang buatan tangan (misalnya sabun cold process), serbuk cangkang dapat dicampurkan pada tahap “trace” sebelum sabun mengeras. Konsentrasi yang lazim digunakan berkisar 2–5% dari berat sabun, tergantung seberapa kuat efek gosok yang diinginkan. Pada sabun cair atau shower gel eksfoliasi, partikel cangkang dapat terdispersi dalam basis surfaktan dengan penambahan suspending agent agar tidak mengendap. Penggunaan cangkang Sacha Inchi dalam sabun memberikan nilai tambah karena pengguna dapat mengeksfoliasi kulit secara halus setiap kali mandi, sembari tetap mendapatkan fungsi pembersihan dari sabun tersebut. Sejumlah merek sabun eksfoliasi di pasaran telah menggunakan serbuk cangkang alami (seperti serbuk biji aprikot atau tempurung kelapa) dalam kisaran persentase ini untuk menciptakan tekstur scrub di sabun.
Masker Wajah Eksfoliasi
Beberapa produk masker wajah (face mask) dirancang dengan fungsi ganda: selain menutrisi kulit, juga memberikan efek eksfoliasi fisik saat dibilas. Pada masker seperti ini, bubuk cangkang Sacha Inchi dapat ditambahkan dalam jumlah kecil (sekitar 1–3% dari formula). Partikel halus cangkang dicampurkan ke dalam basis masker (misalnya clay mask atau cream mask). Saat masker diaplikasikan dan kemudian dipijat ringan sebelum dibilas, partikel cangkang akan membantu mengangkat sel kulit mati. Konsentrasi dibuat rendah agar masker tetap nyaman saat didiamkan di wajah dan tidak terlalu abrasif ketika dipijat. Sebagai analogi, masker komersial dengan bahan scrub (misalnya masker dengan serbuk oatmeal atau biji) biasanya mengandung partikel eksfoliasi <5%. Penambahan cangkang Sacha Inchi pada masker memberikan nilai tambah eksfoliasi sekaligus potensi penyaluran nutrisi antioksidan ke kulit selama masker diaplikasikan.
Contoh Produk Komersial dan Riset Terkait
Penggunaan serbuk cangkang atau biji alami sebagai scrub sudah diterapkan dalam berbagai produk komersial. Sebagai contoh, merek ternama St. Ives menggunakan serbuk cangkang walnut (kenari) dalam produk St. Ives Fresh Skin Apricot Scrub, yang merupakan salah satu facial scrub alami yang populer. Produk tersebut memanfaatkan serbuk cangkang kenari untuk mengikis sel kulit mati secara efektif. Contoh lain, The Body Shop memiliki produk Coconut Exfoliating Cream Body Scrub yang menggunakan serbuk tempurung kelapa sebagai bahan eksfoliator alami. Hal ini menunjukkan tren industri kosmetik yang memanfaatkan limbah cangkang/biji sebagai bahan bernilai. Meskipun hingga saat ini penggunaan spesifik cangkang Sacha Inchi dalam produk komersial masih jarang dilaporkan, potensi penggunaannya sejalan dengan kesuksesan bahan serupa. Penelitian ilmiah juga mulai mengkaji pemanfaatan limbah Sacha Inchi; misalnya, studi oleh Chirinos dkk. (2013) menemukan kandungan polifenol dan aktivitas antioksidan yang tinggi dalam cangkang Sacha Inchi. Temuan semacam ini semakin memperkuat dasar ilmiah bagi produsen kosmetik untuk mempertimbangkan cangkang Sacha Inchi sebagai bahan baku.
Persentase Penggunaan yang Disarankan
Berdasarkan literatur dan formulasi umum di industri kosmetik, berikut adalah kisaran persentase penggunaan serbuk cangkang Sacha Inchi (atau bahan scrub sejenis) dalam berbagai produk:
Scrub Wajah: 1–5% dari total berat formula. Persentase rendah ini cukup untuk eksfoliasi ringan yang aman untuk kulit wajah.
Scrub Tubuh: 5–10% dari total berat formula. Kadar lebih tinggi memberikan efek gosok yang lebih kuat sesuai kebutuhan kulit tubuh.
Sabun Batang/Cair: 2–5% dari berat formula sabun. Cukup untuk memberikan efek scrub tanpa mengurangi kemampuan berbusa atau struktur sabun.
Masker Wajah: 1–3% dari berat formula. Jumlah kecil sudah memadai mengingat masker didiamkan di wajah dan eksfoliasi dilakukan singkat saat pembilasan.
Rentang di atas dapat disesuaikan dengan ukuran partikel dan tingkat eksfoliasi yang diinginkan. Formulator perlu melakukan uji stabilitas dan uji iritasi untuk memastikan konsentrasi yang dipilih aman dan efektif. Namun secara umum, kisaran tersebut telah digunakan dalam formulasi produk eksfoliasi yang berhasil di pasaran.
Tantangan dan Pertimbangan
Meskipun menjanjikan, pemanfaatan cangkang Sacha Inchi sebagai bahan kosmetik juga memiliki tantangan. Salah satunya adalah konsistensi pasokan dan pengolahan bahan baku. Diperlukan proses pembersihan, pengeringan, dan penggilingan yang standar untuk memastikan serbuk cangkang bebas kotoran dan berukuran seragam. Partikel yang terlalu kasar atau memiliki sudut tajam dapat berisiko melukai kulit, sehingga kontrol kualitas sangat penting. Selain itu, perlu dipastikan bahwa tidak ada residu alergen atau kontaminan (misal sisa protein kacang atau pestisida) pada serbuk cangkang sebelum diformulasikan. Dari sisi formulasi, stabilitas dispersi partikel dalam produk (terutama di sabun cair atau gel) harus dijaga agar partikel tidak mengendap atau menyebabkan perubahan warna produk seiring waktu. Uji keamanan seperti uji iritasi kulit juga sebaiknya dilakukan untuk memastikan produk scrub berbasis cangkang Sacha Inchi dapat ditoleransi dengan baik oleh berbagai jenis kulit.
Kesimpulan
Cangkang Sacha Inchi merupakan contoh bahan alam berpotensi tinggi yang dapat diintegrasikan ke dalam formulasi kosmetik sebagai scrub eksfoliasi. Dengan komposisi serat lignoselulosa yang melimpah dan karakteristik fisik yang mendukung, cangkang ini mampu berperan sebagai agen pengangkat sel kulit mati yang efektif. Keunggulan berupa keberlanjutan sumber daya, biodegradabilitas, serta kemungkinan kontribusi antioksidan menjadikannya alternatif menarik dibanding mikroplastik atau scrub mineral. Meskipun penggunaannya dalam produk komersial masih relatif baru, tren industri menuju bahan-bahan alami dan ramah lingkungan membuka peluang besar bagi cangkang Sacha Inchi untuk diadopsi secara luas. Dukungan penelitian lebih lanjut dan kolaborasi antara produsen minyak Sacha Inchi dengan formulator kosmetik akan mempercepat realisasi pemanfaatan inovatif ini. Dengan demikian, pemanfaatan cangkang Sacha Inchi sebagai scrub alami tidak hanya mendatangkan manfaat bagi industri kosmetik dan konsumen, tetapi juga mendukung upaya keberlanjutan lingkungan secara keseluruhan.